Plembang, sinerginkri.com – Potret suram dan kelam keluarga Ersal, lelaki paruh baya yang tinggal di gubuk tua di samping tanah pemakaman umum,sangat jelas di mata masyarakat umum.
Masuk dari Jalan Abikusno Lorong Kamana dan bertanya dimana rumah Pak Ersal,warga akan menunjukkan bangunan gubuk tua yang tidak layak di sebut rumah.
Bagaimana tidak..? Bangunan berdinding kayu lapuk yang sangat tidak layak untuk di huni,namun gubuk itu di huni oleh 3 orang.
Yakni Ersal dan 2 anaknya Yuli ( 20 tahun) dan Yuni yang saat ini masih bersekolah di salah satu SMA Swasta di kota Palembang tepatnya kawasan Kertapati.
Ersal (50 tahun) sehari- hari hanya buruh bangunan yang kalau lagi ada pekerjaan dia bisa bertahan hidup namun kalau lagi tidak bekerja Ersal dan anaknya hanya di rumah.
Lebih suram lagi 30 tahun tidak tersentuh bantuan Pemerintah baik melalui dinas sosial atau instansi Pemerintah lainnya.
30 tahun pula harus menkonsumsi air yang berasal dari sumur yang di gali tidak terlalu dalam di samping rumah yang sangat berdampingan dengan makam yang ada di daerah tersebut.
Ketika di tanya apa yang dirasa dari air tersebut putri dari Ersal mengatakan kalau airnya bau ya kadang seperti bau kotoran tikus dan sambil mengusap air mata Yuli tidak mampu meneruskan kalimatnya.
Tragis …iya sangat tragis di dalam gubuk itu yang terasa hanya bau menyengat dari kotoran tikus dan bau – bau lainnya yang ada di sekitarnya.
Sementara Anton ketua RT 47 RW 01 di temui di kediaman mengatakan kalau selama ini dia bukan tidak tahu tetapi setelah menjabat RT baru tahu bahwa Ersal tidak mendapat bantuan Pemerintah entah itu PKH ,BLT dan lainnya.
Dan baru beberapa bulan yang lalu saya minta kartu Keluarga untuk diurus agar mendapat bantuan. Anton menuturkan, sangat di sayangkan dari Dinas sosial yang selama ini turun untuk mendata, hanya mengambil data dari orang – orang tertentu tanpa mereka mengecek apakah layak dapat bantuan atau tidak jelas ketua RT 47 ini.
“Wajar kalau selama ini tidak mendapat bantuan Karena yang di terima data dari warga hanya itu – itu saya yang sifatnya berkelompok” ucapnya.
Secara hati nurani maulah saya pribadi menolong makanya sekarang saya usahakan agar dapat bantuan baik dari pemerintah melalui dinas sosial atau dari para dermawan yang ingin mengulurkan bantuannya.
Dari hasil telusuran media sinergi NKRI.com ,Sabtu (9/09/2023) terlihat Yuni anak Ersal yang kedua yang bersiap – siap bersekolah mengatakan kalau untuk saat ini dia tidak menerima bantuan KIP dan lainnya.dengan bermodal uang 5 ribu dia berangkat sekolah naik angkot yang ongkos pulang pergi 4 ribu.
Di jelaskan juga kalau selama ini baik Camat ataupun Lurah seolah menutup mata dengan warganya.
Reses DPRD yang katanya turun langsung melihat kondisi warganya pun seolah tertutup mata atau memang tidak melihat atau tidak mendapat laporan dari ketua RT dan RW,sehingga 30 tahun berdiam dalam gubuk tua dengan mengkonsumsi air sumur di samping makam.
Harapan Yuni,semoga mendapat bantuan dari Pemerintah tanpa tebang pilih dan semoga bantuan- bantuan yang ada tepat sasaran.