Ki Kamal dan istri hidupnya sangat bersahaja dan penuh kesederhanaan. Sehari-hari Ki Kamal dalam mengumpani hidupnya dengan mencari ikan, baik di sungai maupun di laut. Pasangan suami istri ini tidak dikaruniai anak.
Sekalipun tidak dikaruniai anak, Ki Kamal dalam hatinya tidak ada niatan untuk mencari istri madu—wayuan—atau menceraikan Nyi Santi. Ki Kamal termasuk orang yang sabar dan tawakkal. Sehabis subuh berangkat mencari ikan, sorenya pulang. Hasil tangkapannya lalu dijual oleh istrinya, Nyi Santi.
Sekaul kanda, pada malam kamis, istri Ki Kamal bermimpi ketiban pulung. Ia dalam mimpinya mendapatkan rejeki. Pagi harinya seperti biasa Ki Kamal pergi mencari ikan. Namun, hingga sore hari kembu-nya masih saja kosong. Dengan lemas Ki Kamal pun pulang ke rumah menemui istrinya.
Sebelum sampai ke rumah, di tengah jalan ia melihat anak buaya. Daripada membawa tangan kosong, Ki Kamal pun berpikir mending dibawa saja anak buaya tersebut. Sesampai rumah, anak buaya tersebut ditaruhnya di balong—kolam kecil.
Buaya ini diurusnya dengan baik. Namun, ada satu keanehan. Buaya ini seperti manusia. Apa yang ia makan seperti layaknya seorang manusia. Buaya ini suka dengan nasi, sambal, dan lainnya.
Lambat laun buaya ini semakin tumbuh kembang. Ia semakin besar. Selama itu pula buaya ini diasuh oleh Ki Kamal dan Nyi Santi. Ada hal yang sangat menggembirakan kedua pasangan ini. Buaya tersebut tak pernah bikin ulah. Tak pernah mengganggu orang.
Saban bulan purnama, buaya ini mengubah wujudnya menjadi manusia. Ketika Ki Kamal dan Nyi Santi sudah tidur, buaya ini segera menjelma menjadi sesosok manusia ganteng. Ia menyebut dirinya dengan sebutan Jaka Bajul.